A.
Sikap
Sikap
adalah suatu tendensi atau kecenderungan dalam menjawab atau merespons, dan
bukan dalam menanggapi dirinya sendiri. Sikap bukanlah perilaku, namun sikap
menghadirkan suatu kesiapsiagaan untuk tindakan yang mengarah pada perilaku.
Oleh karena itu, sikap merupakan wahana dalam membimbing perilaku. Sikap tidak
sama dengan nilai, tetapi keduanya saling berhubungan. Anda dapat mengetahui
hal ini dengan memandang pada ketiga komponen sikap : pengertian (cognition), pengaruh (affect), dan perilaku (behavior). Keyakinan bahwa “diskriminasi
adalah salah” merupakan suatu pernyataan nilai. Pendapat semacam itu merupakan
komponen kognitif dari suatu sikap. Afektif adalah segmen emosional atau
perasaan dari suatu sikap yang dicerminkan dalam pernyataan “saya tidak
menyukai George Bush karena ia melakukan diskriminasi atas kaum minoritas.
Komponen perilaku dari suatu sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku
dengan suatu cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.
1. Komponen
Sikap
Dalam organisasi, sikap adalah penting
karena sikap memengaruhi perilaku kerja. Sikap disusun oleh komponen teori,
emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri atas gagasan, persepsi, dan
kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap. Komponen emosional atau afektif
mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada objek sikap. Komponen
perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap objek sikap.
2. Fungsi
Sikap
Sikap memiliki empat fungsi utama:
pemahaman,kebutuhan akan kepuasan, defensif ego, dan ungkapan nilai. Pemahaman
atau pengetahuan berfungsi untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud
atau memahami situasi atau peristiwa baru. Sikap juga melayani suatu hal yang
bermanfaat atau fungsi kebutuhan yang memuaskan. Sikap juga melayani fungsi
defensif ego dengan melakukan pengembangan guna melindungi manusia dari
pengetahuan yang berlandaskan kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau
dunianya. Sikap juga melayani fungsi nilai ekspresi.
3. Sikap
dan Konsistensi
Orang-orang mengusahakan konsistensi
antara sikap-sikapnya serta antara sikap dan perilakunya. Ini berarti bahwa
individu-individu berusaha untuk menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah
dan menyelaraskan sikap dengan perilaku mereka sehingga mereka kelihatan
rasional dan konsisten. Jika terdapat inkonsistensi, kekuatan untuk
mengembalikan individu itu ke keadaan seimbang terus dugunakan agar sikap dan
perilakunya menjadi konsisten lagi.
4. Formasi
Sikap dan Perubahan
Formasi sikap mengacu pada pengembangan
suatu sikap yang mengarah pada suatu objek yang tidak ada sebelumnya. Perubahan
sikap mengacu pada substitusi sikap baru untuk seseorang yang telah ditangani
sebelumnya. Sikap dibentuk berdasarkan karakter faktor psikologis, pribadi dan
sosial. Hal pokok yang paling fundamental mengenai cara sikap dibentuk
sepenuhnya berhubungan langsung dengan pengalaman pribadi terhadap suatu objek,
yaitu pengalaman yang menyenangka maupun tidak, traumatis, frekuensi kejadian,
dan pengembangan sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru.
B.
Beberapa Teori Terkait dengan Sikap
1) Teori
Perubahan Sikap
Teori perubahan sikap dapat membantu
untuk memprediksikan pendekatan yang paling efektif. Sikap, mungkin dapat
berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan.
2) Teori
Pertimbangan Sosial
Teori pertimbangan sosial ini merupakan
suatu hasil perubahan mengenai bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek
dan bukannya hasil perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori ini
menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika
mau memahami struktur yang menyangkut sikap orang laindan membuat pendekatan
setidaknya untuk dapat mengubah ancaman.
3) Konsistensi
dan Teori Perselisihan
Teori konsistensi menjaga hubungan
antara sikap dan perilaku dalam ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan
teori dalam sistem. Teori perselisihan adalah suatu variasi dari teori
konsistensi.
4) Teori
Disonansi Kognitif
Leon Festinger pada tahun 1950-an
mengemukakan teori Disonansi Kognitif. Teori ini menjelaskan hubungan antara
sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal ini berarti adanya suatu inkonsistensi.
Festinger mengatakan bahwa hasrat untuk mengurangi disonansi akan ditentukan
oleh pentingnya unsur-unsur yang menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh
yang diyakini dimiliki oleh individu terhadap unsur-unsur itu, dan ganjaran
yang mungkin terlibat dalam disonansi. Teori ini dapat membantu kecenderungan
untuk mengambil bagian dalam perubahan sikap dan perilaku.
5) Teori
Persepsi Diri
Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang
mengembangkan sikap berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan
menginterpretasikan perilaku mereka sendiri. Teori ini mengusulkan fakta bahwa
sikap tidak menentukan perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku
terjadi guna menawarkan sikap yang konsisten dengan perilaku.
6) Teori
Motivasi dan Aplikasinya
Terdapat keyakinan bahwa perilaku
manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi. Dengan demikian, ada sesuatu yang
mendorong (memotivasi) seseorang untuk berbuat sesuatu.
7) Teori
Motivasi Awal
Tiga teori spesifik dirumuskan selama
kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori ini adalah teori hierarki
kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene. Teori-teori ini bersifat
awal karena: 1) teori-teori ini mewakili suatu dasar dari mana teori-teori kontemporer
berkembang, dan 2) para manajer mempraktikkan penggunaan teori dan
istilah-istilah ini untuk menjelaskan motivasi karyawan secara teratur.
8) Teori
Kebutuhan dan Kepuasan
Moslow menjelaskan suatu bentuk teori
kelas. Teorinya menjelaskan bahwa masing-masing individu mempunyai beraneka
ragam kebutuhan yang dapat mempengaruhi perilaku mereka.
Hierarki kebutuhan manusia oleh Moslow
§ Kebutuhan
fisiologis (physiologis needs ), yaitu kebutuhan fisik , seperti rasa lapar,
rasa haus, kebutuhan akan perumahan, pakaian, dan lain sebagainya.
§ Kebutuhan
akan keamanan (safety needs ), yaitu akan kebutuhan keselamatan dan
perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau pemecatan.
§ Kebutuhan
sosial (social needs ), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalam menjalin
hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan kepuasan dan perasaan memiliki serta
diterima dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih
sayang.
§ Kebutuhan
akan penghargaan (esteem needs ), yaitu kebutuhan akan status atau kedudukan,
kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
§ Kebutuhan
akan aktualisasi diri (self actualization needs ), yaitu kebutuhan pemenuhan
diri untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan melakukan apa yang paling
sesuai dengan dirinya.
9) Teori
Prestasi
Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh
McClelland pada awal tahun 1990. Teori McClelland mempunyai suatu faktor
hierarki yang memotivasi perilaku. Dalam kasus ini, terdapat tiga faktor yaitu
prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset yang dilakukan oleh McClellandmembri
hasil bahwa terdapat tiga karakreristik dari orang yang memiliki kebutuhan
prestasi yang tinggi, yaitu :
§ Orang
yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas suatu
permasalahan.
§ Orang
yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan tingkat
kesulitan tugas yang moderat dan menghitung risikonya.
§ Orang
yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang kuat untuk
memperoleh umpan balik (feed back ) atau tanggapan atas pelaksanaan tugasnya.
10) Teori
Motivasi
Pada pertengehan tahun 1960-an Herzberg
mengajukan suatu teori motivasi yang di bagi kedalam beberapa faktor. Asumsi
terpenting dari bentuk teori Herzberg adalah factor yang mempunyai pengaruh
positif dalam motivasi dan menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan dari
seluruh pengaruh negatif. Faktor-faktor ini meliputi : kebijakan perusahaan ,
kondisi pekerjaan, hubungan perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor
motivasi meliputi : prestasi, pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi, dan
tanggung jawab.
11) Teori
Keadilan
Teori keadilan pertama kali
dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963. Dalam teori keadilan, kunci
ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individu adalah
jika orang tersebut membandingkannya dengan lingkungan lainnya.
12) Teori
ERG
Teori ERG (existence, relatedness,
growth ) menganggap bahwa kebutuhan akan manusia memilki tiga hierarki
kebutuahan, yaitu kebutuhan akan eksistensi ( existence needs), kebutuhan akan
keterikatan ( relatedness needs ) dan kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs
).
13) Teori
Harapan
Teori ini dikembangkan sejak tahun
1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman. Teori harapan disebut juga teori
valensi atau teori instrumentalis. Ide dasar teori ini adalah bahwa motivasi
ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat
dari tindakannya. Variabel-variabel kunci dalam teori harapan adalah: usaha
(effort), hasil (income),harapan (expectancy), instrumen-instrumen yang
berkaitan dengan hubungan antara hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat
kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas pencapaian prestasi, serta
valensi yang berkaitan dengan kader kekuatan dan keinginan seseorang terhadap
hasil tertentu.
14) Teori
penguatan
Teori penguatan memiliki konsep dasar
yaitu :
·
Pusat perhatian adalah pada perilaku
yang dapat diukur, seperti jumlah yang dapat diproduksi, kualitas produksi,
ketepatan pelaksanaan jadwal produksi, dan sebagainya.
·
Kontinjensi penguatan (contingencies of
reinforcement), yaitu berkaitan dengan urutan-urutan antara stimulus,
tanggapan, dan konsekuensi dari perilaku yang ditimbulkan.
·
Semakin pendek interval waktu antara
tanggapan atau respon karyawan (misalnya prestasi kerja) dengan pemberian penguatan
(imbalan), maka semakin besar pengaruhya terhadap perilaku.
15) Teori
Penetapan Tujuan
Teori ini dikembangkan oleh Edwin
Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini adalah bahwa karyawan yang memahami
tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan terpengaruh perilaku
kerjanya.
16) Teori
Atribusi
Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider
yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara
kekuatan internal(internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal
forces), yaitu factor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam
pekerjaan atau keberuntungan.
17) Teori
Agensi
Teori ini mengasumsikan kinerja yang
efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi
lingkunngan. Teori ini secara umum mengasumsikan bahwa principal bersikap
netral terdadap risiko sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko.
18) Pendekatan
Dyadic
Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada
dua pihak, yaitu atasan (superior) dan bawahan (subordinate), yang berperan
dalam [proses evaluasi kinerja. Pendekatan ini dikembangkan oleh Danserau et
al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan bahwa pendekatan ini tepat untuk
menganalisis hubungan antara atasan dan bawahan karena mencerminkan proses yang
menghubungkan keduanya.
C.
Persepsi
Persepsi
adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa,
objek, serta manusia. Menurur kamus Bahasa Indonesia Persepsi adalah sebagai
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca indra. Sedang dalam lingkup yang lebih luas Persepsi
merupakan suatu proses yang melibatkan pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh
dan menginterprestasikan stimulus yang ditunjukkan oleh panca indra.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Persepsi
-
Faktor Dalam Situasi yang terdiri dari :
waktu, keadan (tempat kerja), keadan social.
-
Faktor Pada Pemersepsian yang terdiri
dari : sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan.
-
Faktor Pada Target yang terdiri dari :
hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan.
1. Rangsangan
Fisik VS Kecenderungan Individu
Rangsangan Fisik adalah input yang
berhubungan dengan perasaan, seperti pegelihatan dan sentuhan. Sedang
Kecenderungan Individu meliputi alas an, kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa
lalu dan harapan. Perbedaan persepsi antar orang-orang disebabkan karena
perasaan individu yang menerimanya berbeda fungsi dan hal ini terutama
disebabkan oleh kecenderungan perbedaan. Empat factor lain yang berhubungan
dengan kecenderungan individu adalah kekerabatan, perasaan, arti penting dan
emosi.
2. Pilihan,
Organisasi, dan Penafsiran Rangsangan
Manusia terkonsentrasi
pada sesuatu yang dipilih dan menolak yang lain. Biasanya manusia memilih
berbagai hal yang menarik dan penting dari apa yang ditemukannya. Apa yang
dipilih untuk merasakan sesuatu secara khas tergantung pada rangsangan yang
dialami, harapan, dan alasan dari individu yang bersangkutan.
Orang-orang mengelola
stimuli kedalam kelompok-kelompok dan menerimanya sebagai kesatuan yang
menyeluruh. Jika diberikan informasi yang kurang lengkap, maka orang akan mengisi
yang kosong tersebut dan kemudian bertindak seolah mereka telah melengkapi informasi
tentang situasi tersebut.
Pertahanan perseptual
muncul karena orang tidak ingin terbukti bersalah dalam persepsi mereka.
Sehingga, orang mungkin mengesampingkan, melewatkan atau mendistorsi informasi yang
memunculkan persepsi-persepsi kedalam pertanyaan.
3. Keterkaitan
Persepsi Bagi Para Akuntan
Perilaku para akuntan dapat menerapkan
pengetahuan persepsi terhadap banyak aktifitas organisasi. Misalnya dalam
evaluasi kinerja, cara penilaian atas seseorang mungkin dipengaruhi oleh
ketelitian persepsi si penyelia. Kesalahan atau bias penilaian mungkin
diakibatkan oleh sandiwara yang mencoba untuk menakut-nakuti sehingga karyawan
merasa tidak puas dan meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu para penyelia
perlu mengenali perasaan mereka terhadap bawahannya. Bawahan tertentu dapat
mempengaruh evaluasi mereka, dan harus waspada terhadap sumber penyimpangan
persepsi ini. Kesalahan persepsi dapat juga mendorong kearah ketegangan
hubungan antar pribadi karyawan. Ketika sesuatu dilihat sebagai sesuatu yang
menegangkan seorang penyelia perlu menentukan penyebab terjadinya peristiwa
bisnis yang dipandang berbeda oleh orang-orang yang berbeda.
Sering, perbedaan persepsi adalah
penyebab masalah komunikasi dalam sebuah
organisasi. Pengirim mempersepsikan
pesan pada satu cara, dan penerima mengartikannya cara lain berdasarkan
kerangka acuan mereka. Sebagai contoh, seorang manajer dapat menginstruksikan
supervisor untuk menghapus file yang mereka bahas kemarin. Tapi mereka membahas
dua file: manajer mungkin mengacu pada satu dan supervisor yang lain.
4. Persepsi
Orang : Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain
Dalam bahasan mengenai persepsi orang
dalam membuat penilaian terhadap orang lain, hal ini akan dikaitkan dengan
teori atribusi. Teori atribusi merupakan dari penjelasan cara-cara manusia menilai
orang secara berlainan,bergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu
prilaku tertentu. Pada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang
mengamati prilaku seorang individu, orang tersebut berusaha menentukan apakah
prilaku itu disebabkan oleh factor internal atau eksternal, tetapi penentan
tersebut sebagian besarbergantung pada tiga factor berikut:
a. Kekhususan
(ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan
prilaku-prilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
b. Konsesus
yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksi
dengan cara yang sama. Contoh perilaku karyawan yang terlambat akan memenuhi kriteria
ini jika semua karyawan yang mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga
terlambat.
c. Konsistensi.
Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah orang tersebut
memberikan reaksi yang sama dari waktu kewaktu.Contoh Apabila seorang karyawan
datang terlambat beberapa menit saja tidak dipersepsikan dengan cara yang sama
oleh karyawan yang baginya keterlambatan itu kasus yang luabiasa (karena tidak
pernah terlambat).
D.
Nilai
Nilai
secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari
eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan
dengan suatu modus perilaku atau keadaan akhir yang berlawanan.
a) Arti
Penting Nilai
Dalam mempelajari perilaku dalam
organisasi, nilai dinyatakan penting karena nilai meletakkan dasar untuk
memahami sikap serta motivasi dan karena nilai memengaruhi sikap manusia.seseorang
memasuki organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan sebelumnya mengenai apa
yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya.
b) Nilai
dan Dilema Etika
Permasalahan profesi akuntansi sekarang
ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan standar etika dan krisis
kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran bagi para
akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya
dengan benar, serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan para klien atau
masyarakat luas. Misal: skandal Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta
skndal Worldcom, Merck, dan Xerox, profesi akuntan menjadi gempar.
Ihksan menambahkan cara yang lebih baik
dan ideal dalam mengatasi dilema ini adalah dengan mempertimbangkan kecukupan
dari kesempatan yang ada selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa yng menjadi
kekawatiran di dalamnya.
c) Nilai-nilai
Sepanjang Budaya
Praktik-praktik sosialisasi yang berbeda
mencerminkan budaya yang berbeda dan tidaklah mengherankan jika menghasilkan
tipe karyawan yang berlainan.
E.
Pembelajaran
Pembelajaran
adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. Pembelajaran terjadi sebagai
hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi.
Kombinasi dari motivasi, pengalaman dan pengulangan dalam merespons situasi ini
terjadi dalam tiga bentuk: pengaruh keadaan klasik, pengaruh keadaan operant,
dan pembelajaran sosial.
a) Pengondisian
Keadaan Klasik
Dapat diringkaskan bahwa pengondisian
klasik pada hakikatnya merupakan proses pembelajaran suatu respons dan suatu
rangsangan yang tidak terkondisi. Dengan menggunakan rangsangan yang
berpasangan, yang satu memaksa yang lain netral, rangsangan yang netral menjadi
suatu rangsangan terkondisi yang kemudian meneruskan sifat-sifat dari
rangsangan tidak terkondisi.
b) Pengondisian
Operant
Pengondisian operant menyatakan bahwa
perilaku merupakan suatu fungsi dari konsekuensi-konsekuensi. Perilaku operant
berarti perilaku yang bersifat sukarela atau perilaku yang dipelajari sebagai
kontras terhadap perilaku semacam itu, yang dipengaruhi oleh ada atau tidak
adanya pungutan yang ditrimbulkan oleh konsekuensi-konsekuensi dari perilaku
tersebut.
c) Pembelajaran
Sosial
Walaupun teori pembelajaran sosial
merupakan suatu perpanjangan dari pengondisian operant, di mana teori tersebut
mengandalkan perilaku sebagai suatu fungsi dari konsekuensi-konsekuensi, teori
itu juga mengakui eksistensi pembelajaran observasional (lewat pengamatan) dan
pentingya persepsi dalam belajar.
F.
Kepribadian
Aplikasi
utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan perilaku.
Pengujian terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam tekanan
pekerjaan, siapa yang akan menanggapi kritikan dengan baik, siapa yng pertama
harus dipuji dahulu sebelum berbicara mengenai perilaku tidak diinginkan, siapa
yang menjadi seorang pemimpin potensial. Semuanya itu merupakan bentuk-bentuk
pemahamaan atau kepribadian.
Penentu Kepribadian
Suatu
argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang
merupakan hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan
hasil dari kedua pengaruh tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal faktor
ketiga, yaitu faktor situasi.
a.Keturunan
Pendekatan
keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari kepribadian
seseorang individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak dalam
kromosom.
b.Lingkungan
Di
antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah budaya
dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-norma di antara keluarga,
temam-teman, dan kelompok-kelompok sosial, serta pengaruh lain yang dialami.
c.Situasi
Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan
lingkungan terhadap kepribadian. Kepribadian seseorang walaupun kelihatannya
mantap dan konsisten , dapat berubah pada kondisi yang berbeda.Sumber :
Ikhsan,
Arfan, dan Muhammad Ishak, 2005, "Akuntansi Keperilakuan," Salemba
Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar